
Jakarta –
Mi Stempel Mi Sua yang paling banyak dicari dalam rangka perayaan Imlek. Karena di tahun baru Imlek, mie merupakan simbol rezeki dan umur panjang.
Salah satu mie tahan lama Mi Sua masih diproduksi oleh Jefrry Sutrisno. Produser Mi Sua itu menuturkan, produksi mie panjang umurnya sudah ada sejak tahun 1948. Usaha ini dirintis oleh neneknya. Sedangkan dia adalah generasi ketiga yang mewarisinya.
“Sudah ada sejak tahun 1948, saya generasi ke-3 yang dimulai dari nenek saya, saya belum lahir dan saat itu belum ada rumah warga,” kata Jeffry kepada detikJatim, Rabu (18/10). 1/2023).
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Sebelumnya, Mi Sua dijalankan oleh kakaknya pada tahun 2005 atau generasi kedua. Kemudian, dia diberi mandat untuk melanjutkan bisnis dan produksi. Lebih tepatnya, pada tahun 2015.
Saat itu, sumber daya manusia atau pekerja, bahkan berbagai tradisi di dalamnya tidak pernah berubah. Ternyata, jenis dan cara membungkuk Mi Sua cocok dengan ciri-ciri neneknya yang konon berasal dari Tiongkok.
Menyambut tahun baru Imlek, membuat mie juga sering dicari. Foto: FOTO ANTARA/Didik Suhartono
Mi Sua adalah mi halus yang terbuat dari tepung beras dengan tekstur yang sangat lembut. Umumnya dibuat dengan kuah kaldu atau mee sua dengan campuran ayam dan oyong atau bayam. Atau digoreng.
Misua adalah mie halus yang terbuat dari tepung beras dan menghasilkan tekstur yang lembut. Foto: detikfood
“Kami menjaga kelengkungan mie yang menurut nenek saya cocok dengan mie asal Fusheng, Zhejiang, China. Itu juga salah satu ciri khas kami,” ujar pemilik PT Marga Mulya ini.
Meskipun demikian, Jeffry menegaskan bahwa dia tidak memiliki resep khusus atau rahasia. Ia mengaku bahan dan cara pengolahannya masih mempertahankan ciri khas neneknya.
Karena itu, ia menolak mengubah tradisi untuk memenuhi tuntutan pasar. Ia mengaku mengutamakan kualitas, tradisi dan resep mee sua.
Seperti ini proses produksi mie milik produsen Jefrry Sutrisno. Foto: FOTO ANTARA/Didik Suhartono
“Resep kami sudah ada sejak zaman nenek saya, jadi kami menjaga kualitas barang dan kami benar-benar menjaganya, menggunakan cara tradisional, kualitas menggunakan teknologi harus berbeda, teknologi untuk mengejar lebih banyak produk,” jelasnya. .
Hingga kini, ia masih mempekerjakan dan mempertahankan 25 pekerja di pabrik sepanjang 3.000 meter itu. Dia mengaku tidak bisa menerima permintaan pasar yang terlalu banyak.
Apalagi dalam produksinya seringkali bergantung pada cuaca atau matahari. Semua proses masih mempertahankan jalan tradisional dan otentik sehingga membutuhkan waktu. Namun kualitasnya terjamin selama 77 tahun.
Simak Video “Melihat Vihara Dharma Bhakti di Jakarta Barat Menjelang Imlek 2023”
[Gambas:Video 20detik]
(aqr/odi)