
Jakarta –
Satu kasus penipuan nasabah bank di Malaysia sangat memprihatinkan. Semoga tidak terjadi di Indonesia. Anda, nasabah bank, harus melindungi akun m-banking Anda masing-masing.
Data adalah komoditas paling berharga di Bumi. 8 dari 10 perusahaan paling menguntungkan dan berpengaruh di dunia adalah perusahaan IT yang benar-benar mengolah data.
Misalnya, di tangan publik, database LinkedIn berisi ratusan juta kredensial yang bocor akan menjadi beban. Namun di tangan penipu yang cerdik, dia dapat mengubah database kredensial yang bocor menjadi uang dengan membuat kampanye penipuan yang cerdik. Untuk detailnya, silakan baca artikel di bawah ini:
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Penipu yang Mengetahui Kata Sandi Rahasia Anda
Mengamankan aset digital
Salah satu bentuk data berharga yang harus dijaga dan seringkali tidak disadari oleh pemiliknya adalah akun dan kredensial untuk mengakses layanan digital, baik itu aplikasi seperti layanan email, media sosial, layanan dan terutama layanan keuangan yang pelan tapi pasti digunakan. saluran digital untuk memberikan layanan yang lebih cepat. , mudah, murah dan tersedia kapan saja seperti internet banking atau mobile banking.
Menerima panggilan 14 detik dan kehilangan dana sebesar Rp 3,4 miliar
Salah satu peristiwa yang menimbulkan kekhawatiran besar bagi pengguna layanan perbankan digital adalah kasus penipuan Hal itu dialami oleh seorang pengusaha Sarawak, di Malaysia yang mengaku menerima telepon 14 detik dari penipu yang mengaku sebagai kurir Pos Laju dan meminta OTP. Namun, meski OTP tidak diberikan, ada 2 transfer dana dari rekeningnya masing-masing sebesar 500.000 ringgit.
Meski dana yang ditransfer akhirnya dikembalikan ke pemilik rekening, kejadian ini menyisakan banyak pertanyaan yang belum terjawab. Sayangnya pihak bank pengelola rekening tidak menjelaskan secara detail apa yang sebenarnya terjadi dan hanya mengklaim telah menerapkan sistem keamanan siber yang kuat, termasuk menyediakan sistem perlindungan transaksi online untuk menjamin keamanan data dan transaksi nasabah.
Beberapa pertanyaan yang belum terjawab adalah sebagai berikut:
Mengapa bisa terjadi transfer 500.000 ringgit (Rp 1,7 miliar) dalam 1 kali transfer? Apakah limit transfer sebesar itu bisa dilakukan dari online banking?Pelanggan mengaku tidak memberikan OTP, bagaimana transaksi transfer bisa dilakukan tanpa OTP? Apakah karena transfer tanpa OTP bisa dilakukan ke rekening terdaftar sehingga tidak perlu OTP Dimana penelepon dapat mengetahui nomor telepon pelanggan dan mengetahui nomor rekeningnya di bank? Apakah ada kebocoran data atau apakah pelanggan lalai tidak melindungi datanya dengan baik.
Sebenarnya, bank pengelola rekening memiliki semua data dan bukti transaksi, saat transaksi berlangsung, dari IP transaksi daring hal ini terjadi, apakah transaksi ini menggunakan OTP dan OTP apa yang digunakan untuk menyetujui transaksi tersebut. Di mana sebenarnya masalah transaksi aneh ini dan pelajaran apa yang bisa diambil dan diperbaiki agar hal ini tidak terjadi lagi di kemudian hari.
Namun semua informasi tersebut tidak diungkapkan oleh bank dan pihak bank hanya memberikan informasi bahwa dana telah dikembalikan dan tidak ada masalah dengan sistem keamanan transaksi. Hal ini justru menimbulkan kekhawatiran bagi pengguna internet banking atau mobile banking akan keamanan datanya. Dan mayoritas masyarakat awam mengkhawatirkan keamanan perbankan digital, padahal ini di Malaysia dan bukan di Indonesia.
Semoga pihak berwenang dan pemangku kepentingan di Malaysia dapat memberikan penjelasan yang baik atas kasus ini agar tidak menimbulkan kekhawatiran yang tidak semestinya di kalangan pengguna online banking. Karena jika orang tidak percaya pada perbankan online, mereka akan menghindari penggunaan perbankan online dan kembali ke metode konvensional yang tidak efisien untuk menyimpan dana mereka.
Halaman selanjutnya: Apa yang harus Anda lakukan agar tidak menjadi korban >>>
Tonton video “KuTips: Jaga Keamanan Akun Agar Tidak Dibobol Orang”
[Gambas:Video 20detik]