
Jakarta –
Mobil-mobil terbaru memiliki teknologi keamanan yang semakin canggih. Namun yang menarik, dengan fitur keselamatan yang semakin memadai, tingkat kecelakaan masih tergolong tinggi. Apa alasannya, ya?
Sebagai gambaran, data Korlantas (Korlantas) Polri mencatat sepanjang Januari-September 2022 jumlah kecelakaan lalu lintas di seluruh Indonesia mencapai 94,6 ribu kasus. Jumlah ini melonjak 34,6% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang berjumlah sekitar 70,2 ribu kasus.
Asean NCAP Technical Committee, Adrianto Sugiarto Wiyono menjelaskan mengapa masih banyak terjadi kecelakaan di jalan raya, padahal fitur keselamatan dan keamanan pada mobil sudah semakin canggih. Menurut Rian, kecelakaan masih sering terjadi karena pengemudi mobil menyepelekan fitur keselamatan tertentu dan menyerahkan keselamatannya pada fitur keselamatan lain yang dianggap lebih unggul dari fitur yang diabaikan sebelumnya.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
“Kecelakaan lalu lintas tidak stabil. (Mobil) kita sudah punya ABS, kita sudah punya EBD, dan berbagai sistem yang menyelamatkan kita (saat kecelakaan). Tapi kenapa angka kecelakaan tetap tinggi? Ada teorinya — tolong koreksi saya kalau Saya salah — yaitu teori kompensasi,” kata Adrianto dalam acara Kursus Keselamatan Kendaraan 2023/006 di Politeknik APP Jakarta, Kamis (16/3/2023).
“Misalnya ada teman yang bilang, ‘Mobil saya pakai ABS, jadi saya bisa mengerem lebih pendek, jadi saya berani dekat dengan kendaraan di depan’. Kalau ABS-nya benar, tidak apa-apa, kalau tidak, tidak apa-apa? Selesai Jadi teori kompensasinya seperti itu,” sambung pria yang biasa disapa Rian ini.
“(Contoh lain) Ah sudah ada airbag, tidak perlu memakai sabuk pengaman. Padahal (kecepatan) airbag saat dipompa bisa 200 km/jam. singkatnya, itulah alasan kampanye safety road memang ada tantangannya,” ujar Rian lagi.
Tonton Video “Momen Hyundai Stargazer Diuji Tabrak, Seberapa Aman?”
[Gambas:Video 20detik]
(lua/din)