
Sumedang –
Mata air dengan rasa asin muncul di Sumedang. Kemunculannya masih menjadi misteri karena letaknya yang jauh dari laut. Namun, ini adalah penjelasan ilmiah dari seorang ahli.
Mata air asin ini terletak di Blok Ciseupan, Desa Ciuyah, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang. Mata airnya memiliki rasa yang kental dan asin meski jauh dari pantai atau laut.
Budi Joko Purnomo, Investigator Bumi Muda di Pusat Geologi Air Tanah dan Lingkungan Badan Geologi menjelaskan, fenomena ini bagi ahli geologi merupakan fenomena biasa. Mata air seperti itu, lanjutnya, banyak dijumpai di daratan Jawa.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
“Seperti adanya mata air asin yang pernah ditemukan di daerah Jawa Timur ada lumpur lusi, airnya juga asin, kemudian di daerah Jawa Tengah sekitar Klaten ada daerah yang disebut Bayat, kalau kita bor sampai kedalamannya. sekitar 100 meter airnya asin,” kata Budi, Senin (16/1/2023).
Menurut Budi, keistimewaan mata air asin di Desa Ciuyah, Sumedang ini adalah mata airnya yang berasal dari tanah yang dangkal.
“Itulah uniknya, di daerah lain biasanya ditemukan dari kedalaman beberapa puluh atau ratusan meter tapi di Ciuyah Sumedang kalau baca berita ada rembesan yang muncul ke permukaan,” jelasnya.
Budi juga memaparkan secara ilmiah tentang fenomena munculnya mata air asin. Menurut Budi, kawasan yang memunculkan mata air asin itu mungkin merupakan kawasan lautan puluhan atau jutaan tahun lalu.
“Berdasarkan umur geologis, kemungkinan daerah tersebut dulunya merupakan lautan, kemudian terperangkap dan terjadi sedimentasi secara bertahap hingga saat ini air masih tersimpan di lapisan batuan,” jelasnya.
“Nah, dalam keadaan seperti ini, kemungkinan terjadi retakan pada lapisan batuan, sehingga rembesan air dapat terlihat di permukaan tanah dan kemudian membentuk mata air asin,” jelas Budi.
Ia pun mencontohkan, keberadaan mata air asin di sekitar Candi Borobudur, Jawa Tengah. Dulu ada danau atau rawa.
“Dulu juga ada proses penguapan yang intens sehingga air menjadi sedikit asin, kemudian lambat laun semakin mengendap menjadi sedimen hingga tertutup lapisan tanah seperti sekarang dan saat pengeboran lebih dari 50 meter sekarang, itu akan keluar dengan air yang sedikit asin. ,” jelasnya.
Ia menegaskan, keberadaan mata air asin di Kampung Cisuyah, Sumedang tidak ada hubungannya dengan keberadaan Gunung Tampomas. Begitu juga dengan keberadaan pepohonan di sana.
“Jadi tidak ada hubungannya dengan Gunung Tampomas, itu sistem yang berbeda,” katanya.
“Jadi bukan karena ada pohon di sana, karena sistem ini terbentuk puluhan atau jutaan tahun yang lalu, lama sekali,” jelas Budi lagi.
Budi menambahkan, beberapa mata air yang muncul di Kampung Ciuyah kemungkinan besar disebabkan oleh banyaknya retakan pada lapisan batuan yang menyimpan air asin.
“Banyak rembesan mata air asin, kemungkinan karena lapisannya mengandung air asin, banyak retakan dan rekahan sehingga air yang terkandung di dalamnya naik ke permukaan,” ujarnya.
Dari bawah air mancur sepertinya mengeluarkan gelembung udara. Sumber mata air berada di tengah sawah warga atau lebih tepatnya di sekitar sawah milik Uka (68).
Uka mengaku sebagai orang pertama yang menemukan mata air tersebut. Musim semi ditemukan 10 tahun yang lalu.
“Saya menemukan mata air ini 10 tahun lalu, kemudian keponakan saya menggalinya dan membuat kolam seperti sekarang ini,” kata Uka.
——
Artikel ini pernah dimuat di detikJabar dan selengkapnya bisa dibaca di sini.
Tonton Video “Warga Temukan Mata Air Manis di Kaki Gunung Ciremai”
[Gambas:Video 20detik]
(www www)