
Jakarta –
Pelanggan ini bingung setelah membeli nasi lemak di warung. Karena ditagih hingga Rp 107 ribu. Harga ini berbeda dengan yang tertera di menu.
Nasi lemak adalah salah satu makanan favorit Asia Tenggara yang sederhana dan mengenyangkan. Hidangan khas Melayu ini mudah didapatkan di warung makan di Singapura.
Beberapa warung nasi lemak diketahui memiliki harga yang terjangkau. Tak heran jika banyak pelanggan yang memilih untuk membeli makanan di toko-toko tersebut.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Jika Anda datang ke warung nasi lemak di Singapura, biasanya mereka memajang harga menunya. Sehingga pelanggan dapat memperkirakan total tagihan untuk makanan tersebut, kecuali ada biaya tambahan lainnya.
Namun, sepertinya harga pada menu tidak selalu sama. Mungkin harga berubah seiring dengan situasi penjualan mereka dan biaya bahan baku.
Kejadian yang dialami pelanggan ini adalah buktinya. Melansir independent.sg (09/01), seorang pelanggan kebingungan dengan harga makanan yang dibelinya.
Pelanggan yang tidak disebutkan namanya ini membeli makanan nasi lemak di warung makan bernama Simei Fat. Di papan menu, Anda bisa melihat harga nasi lemak mulai dari S$3.40 hingga S$3.60 atau sekitar Rp39 hingga Rp40 ribu.
Di tempat nasi lemak ini sudah tertera harga paket menunya. Namun ternyata berbeda dengan tagihan yang diberikan kepada pelanggan. Foto: Screengrab Facebook
Namun harga tersebut bukanlah harga yang dibebankan kepada pelanggan ini. Melalui unggahan di Facebook, pelanggan bingung sekaligus mengeluhkan harga satu porsi nasi lemak yang awalnya ditagih sebesar S$9,4 atau sekitar Rp107 ribu.
Mengetahui hal itu, si pelanggan kemudian beberapa kali menanyakan kepada penjual alasan perbedaan harga tersebut. Awalnya penjual tidak menjawab, namun akhirnya penjual mengungkapkan bahwa mereka terkena inflasi.
Penjual pun mengubah bonnya untuk seporsi nasi lemak kembali menjadi S$7,2 atau sekitar Rp 82.000.
Dalam postingan Facebook, pelanggan ini mengungkapkan, “Toko Simei Lemak menagih saya S$9,4 untuk nasi lemak ini. Setelah saya bertanya dengan lantang beberapa kali, penjual menjawab harganya S$7,2. Inflasi bagus.”
Unggahan tersebut rupanya mendapat perhatian netizen lainnya. Salah satunya adalah netizen yang mencoba menghitung ulang harga lauk pauk yang tersedia di nasi lemak yang.
Ini penampakan beberapa pelanggan nasi lemak yang beli. Harganya Rp 82 ribu. Foto: Screengrab Facebook
Netizen Teo Kim Heng merinci beberapa lauk. Namun ia juga bingung karena jika ditotal harganya tidak mencapai Rp 82 ribu.
Teo Kim Heng mengungkapkan, “Mie S$1, sayap ayam S$1,5, telur S$1, sayuran S$1. Total S$4,50 (Rp. 51 ribu). Bagaimana bisa jadi S$7,20?”
Sementara pelanggan lain berkomentar, “Itu tidak sebanding dengan harga di papan menu mereka. Setidaknya maksimal S$5.”
Bagi netizen dengan username Foo Say Meng bertanya-tanya apa lagi yang bisa dilakukan dengan kenaikan harga sembako.
Dia berkata, “Sebenarnya ada banyak postingan yang berbicara tentang harga tinggi yang dibayar pelanggan baru-baru ini. Apa yang sebenarnya bisa kita lakukan untuk membantu? Merengek tidak akan membantu.”
Selain keluhan pelanggan tersebut, rupanya tak sedikit netizen yang juga bertanya-tanya soal kenaikan harga makanan ini. Mereka juga berpendapat kenaikan itu mungkin karena kenaikan GST (Pajak Barang dan Jasa) atau kenaikan pajak barang dan jasa. Namun, hal itu dinilai prematur karena baru akan dilaksanakan pada 2024.
Simak videonya “Buat Lapar: Selamat Makan Nasi Gemuk dengan Aneka Lauk”
[Gambas:Video 20detik]
(aqr/adr)